Rabu, 23 April 2014

Cita-cita,Pengajar, dan karakter

Mimpi saya dari kecil pengennya jadi pengajar.. Alhamdulillah dengan bekerja di lingkungan pendidikan sepertinya mimpi  saya hampir tercapai. Semua usaha diberikan kemudahan. Dari mulai kuliah D III, Lanjut D IV, lanjut daftar cpns, semua diberikan kemudahan ( Alhamdulillah).

Kemaren waktu tidak sengaja buka - buka note saya dulu,nemu nih tulisan saya dari 2011 tentang cita - cita,

                                                                         21 Juni 2011, 2:23 AM

“Pengen Jadi Dosen”

Sekarang lagi  mau ngomongin masalah cita – cita ah..
Karena sebentar lagi udah mau lulus dari DIII nih.. dimana aku harus menyusun langkah – langkah pasti akan aku bawa kemana hidupku nanti..
Seseorang wajib mempunyai cita – cita, agar kehidupan bias berkembang.. Sejak kecil karena terbiasa melihat ibuku yang berprofesi sebagai seorang guru membuatku ingin menjadi seorang pengajar juga. Kalo guru berasal dari Digugu lan ditiru, guru itu seorang yang akan menjadi panutan. Na kalo Dosen dari kata apa ya?? Hehe..Yang pasti dosen akan menjadi panutan juga.
Sebagai seorang anak, nyaman sekali rasanya ketika sebagian besar waktu dirumah selalu ditunggui oleh seorang ibu. Aku bisa belajar dan bermain dengan pendampingan seorang ibu. Tak banyak waktu yang digunakan seorang pengajar untuk diluar rumah (pikirku)
Na.. sampai suatu ketika aku pengen sekali menjadi pengajar mata pelajaran matematika.
Namun akhirnya aku masuk ke akademi kebidanan. Pada awalnya sempat merasa salah jurusan sih.. orang pengennya ngajar kok malah jadi bidan… ckckck tapi setelah beberapa semester menjalani pendidikan, dan tahu bagaimana arah kedepan dari aku kuliah disini, hembbb boleh juga.. tak ada kata menyesal lagi..
Aku ingin melanjutkan pendidikanku lagi, dan lagi.. aku tak ingin hanya berhenti sampai disini..
Aku bias melanjutkan pendidikanku di DIV Bidan pendidik, dimana memang ditujukan untuk orang – orang yang ingin mengambil dunia pendidikan.. Setelah itu aku ingin melanjutkan di pasca sarjana, bahkan aku akan melanjutkan pendidikan lagi dan lagi, insyaAllah..
Jujur saja sampai saat ini merasa belum ada jiwa seorang bidan dalam diriku. Yang pasti aku ingin sekali menjadi pengajar.
Karena dari hasil pengamatanku ketika praktek dibeberapa bidan praktek Mandiri (BPM), bidan – bidan itu hanya menggunakan ilmu pengalaman empiric, tanpa mereka meng-update ilmu – ilmu baru.. Banyak bidan yang sudah puas dengan apa yang sudah didapat.
Na… itu yang membuatku sedikit tidak minat menjadi seorang bidan tulen. Pasti aku akan berhenti belajar, berhenti membuka buku, berhenti searching – searching ilmu baru..
Aku ingin tetap membuat otakku bekerja untuk berfikir tentang ilmu – ilmu lama dan ilmu baru.
Beraktifitas dengan banyak orang yang juga selalu mengupdate ilmu dan haus akan ilmu.
Itulah beberapa alas an yang selalu mendorongku untuk tetap pada keinginanku menjadi seorang pengajar. Pengajar ilmu kebidanan. Menyalurkan dan mengembangkan ilmu – ilmu yang telah aku dapatkan, untuk meningkatkan kualitas diri dan menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas.. InsyaAllah..
Pasti bangga rasanya ketika nanti aku bias meraih semua keinginanku.. J



Syukur beribu syukur, ternyata yang saya impikan dari dulu sudah menunjukkan sedikit titik terang dalam menggapai mimpi tersebut. Ternyata memang kita harus menentukan apa yang ingin kita lakukan, dan tidak lupa meluapkannya dalam tulisan, agar tidak lupa. :)

Hal yang membuat saya punya keinginan itu sejak kecil yaitu karena saya ingin terus mengamalkan ilmu, juga tetap meningkatkan ilmu seiring berjalanya waktu. Karena ilmu akan terus berkembang. Akan banyak ilmu - ilmu baru yang akan saya temukan ketika saya menjadi pengajar. Karena dengan menjadi pengajar saya dituntut untuk mengupdate ilmu - ilmu baru.

Namuuun.. untuk memulai semuanya, banyak hal yang harus saya persiapkan. Selain dari materi bahan ajar, tapi juga kemampuan diri.. Harus!!! Saat ini saya baru mencoba mengawali perjuangan. 
Waktu sedang baca - baca tidak sengaja nemu kutipan sedikit,
“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda” Robert Fulghum 

Nah loh... Jadi dosen itu sering jadi bahan pembicaraan anak didiknya. Bisa - bisa bukan materi kita yang ditangkap tapi malah pribadi kita yang jadiomongan.. ngeri nih,kayak artis aja..he. Untuk itu, maka saya harus super duper bekerja keras meningkatkan kemampuan diri dan memperbaiki kepribadian.
Saya sedang merancang ingin menjadi dosen yang berkepribadian seperti apa. Menurut pengalaman pribadi saya, saya akan lebih mudah menangkap materi pelajaran apabila sang pengajar menarik, terlihat smart, dan juga yang tidak memakai topeng " Killer ". Karena dosen yang biasa memasang topeng "Killer" hanya bertampang seram tapi ilmu yang disampaikan kosong. Mereka hanya memaksakan transfer ilmu 1 arah. Hanya mementingkan materi wajibnya tersampaikan. Tanpa memahami apakah materi yang disampaikan dipahami oleh anak didiknya.

Saya tidak ingin seperti itu, saya ingin menjadi pengajar yang smart, tegas, disiplin dan selalu berpenampilan menarik. Dengan beitu saya pun berharap nanti yang menjadi mahasiswa saya juga akan menerima materi yang saya ajarkan dengan baik. Menikmati kelas yang saya ajar, tapi tetap menjaga sikap saling menghormati dan menghargai hak kewajiban pengajar dan mahasiswa. Karena membentuk karakter seorang pengajar itu penting, karena turut serta mencetak kepribadian anak didik kita.
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri 
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya

Untuk itu, bagaimana karakter pengajar, adalah kunci dari karakter anak didik kita ketika dewasa. Berat juga ternyata menjadi seorang pengajar. Bismillah, dengan niat yang baik insyaAllah semua akan diberikan kemudahan. Saya hanya ingin mengamalkan ilmu dan menebarkan kebaikan diantara orang - orang disekitar saya. semoga Allah selalu meridhoi jalan saya. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar