Tanggal
5 Mei diperingati sebagai hari bidan internasional atau International Day
Midwifery (IDM). Tema yang diangkat oleh International Confederation of
Midwifes (ICM) di Hari Bidan Internasional tahun 2017 yaitu “Midwives,
Mothers, and Famililies: Partner For Life!”. Bidan, ibu dan keluarga
diharapkan mampu membangun kemitraan untuk kehidupan yang lebih baik. Kemitraan
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi sehingga angka kematian ibu dan
bayi dapat ditekan.
Setiap tahun, kira – kira 287.000 wanita meninggal karena penyebab yang seharusnya dapat dicegah terkait Kehamilan dan persalinan. Secara global 2,7 juta bayi meninggal setiap tahun di bulan pertama kehidupan mereka dan jumlah yang sama lahir mati, sebagian besar kematian ini seharusnya bisa dicegah dengan menjalin kemitraan yang kuat antara bidan dan masyarakat. Bidan harus bisa merangkul masyarakat untuk sadar akan pentingnya kesehatan ibu dan anak. Karena dari ibu yang sehat akan melahirkan bayi sebagai generasi penerus bangsa yang sehat pula.
Selama ini di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya daerah pedesaan masih banyak warga yang lebih percaya kepada dukun bayi dari pada kepada bidan (di pedesaan persalinan dukun sebesar 50-60%). Pertolongan persalinan oleh dukun dapat menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi dalam masa satu bulan pertama. Dukun tidak dapat mengetahui tanda-tanda bahaya perjalanan persalinan. Akbiatnya terjadi kematian janin dalam rahim, ruptur uteri, perdarahan (akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir, retensio plasenta, plasenta rest), dan bayi mengalami asfiksia, infeksi, atau trauma persalinan.
Peran profesi bidan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) adalah ikut mensukseskan
target ketiga, yaitu kehidupan
sehat dan sejahtera, khususnya terkait kesehatan ibu dan bayi. Yang
tidak kalah penting, sejak November 2016, Pemerintah mulai mencanangkan Gerakan
Masyarakat Sehat atau yang lebih dikenal dengan GERMAS, yaitu suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Germas harus dimulai dari lingkup keluarga, karena keluarga
merupakan lingkup terkecil dari masyarakat. Bermula dari rumahlah kebiasaan
hidup mulai terbentuk. Dalam mensukseskan gerakan ini, Bidan juga memiliki
peranan yang sangat besar. Dari 12 indikator kesusesan program GERMAS, 5
diantaranya (indikator gizi, kesehatan ibu dan anak) merupakan tugas utama
bidan, yaitu Keluarga mengerti program keluarga berencana (KB), Ibu
hamil memeriksa kehamilannya sesuai standar, Balita mendapatkan imunisasi
lengkap, Pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan, dan Pemantauan pertumbuhan balita. Dalam
melaksanakan perannya, bidan akan lebih mudah jika telah berhasil menjalin
kemitraan dengan masyarakat. Bidan harus mampu melakukan kampanye dan
sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Sehingga
produktivitas masyarakat meningkat dan mengurangi beban biaya kesehatan. Membangun
kepercayaan terhadap tenaga kesehatan adalah titik pentingnya, karena dengan
kepercayaan itu masyarakat akan datang tanpa harus diminta.
Dalam
konteks Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Tahun 2015 jumlah kematian ibu
mencapai 178 kematian atau 133/100.000 kelahiran hidup, dan jumlah kematian
bayi 1.388 jiwa atau 11/1000 kelahiran hidup. Masih menjadi PR bagi Pemerintah
Provinsi untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi, dan bidan lah
salah satu dari ujung tombaknya. Karena bidan adalah profesi yang paling dekat
dengan masyarakat. Bidan diharuskan mampu memberikan pelayanan primer, sekunder,
tersier, serta fungsi promotif untuk menjaga kesehatan masyarakat. Tenaga kerja
bidan, dengan sistem kesehatan yang baik, dapat mendukung wanita dan perempuan
untuk melewati masa remaja dengan sehat, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,
menyediakan pendampingan di sepanjang kehamilan dan kelahiran, serta
menyelamatkan nyawa bayi yang lahir terlalu awal. Mari kita lihat rasio jumlah
tenaga bidan di Propinsi Nusa Tenggara Timur,
rasio bidan per 100.000 penduduk kabupaten/kota di NTT berkisar
13,6–119,1 dengan rasio tertinggi Kab. Flores Timur dan terendah Kab. Kupang.
Berdasarkan target indikator Indonesia Sehat rasio 100 bidan per 100 .000
penduduk, tingkat provinsi, dan 76% kab/kota belum memenuhi target (Sumber :
Badan PPSDM Kesehatan 2013). Padahal jumlah tenaga kesehatan khususnya bidan
yang cukup akan sangat membantu dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Menjadi PR juga untuk pemerintah provinsi untuk mengatasi persoalan ini.
Pemerataan
tenaga bidan di Nusa Tenggara Timur juga diperlukan, agar tenaga bidan tidak
hanya berpusat di kota saja, tapi mampu menjangkau daerah pedesaan yang masih
susah dalam akses kesehatan dan kesadaran masyarakatnya terhadap kesehatan
masih rendah. Disinlah sebenarnya mental bidan di uji, karena dengan begitu
apakah banyak tenaga bidan yang mampu dan mau menjalankan tugasnya di tempat
seperti itu.
Salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk membentuk minat dan karakter sebagai bidan
secara dini salah satunya bisa dengan memberikan pengenalan kepada siswi –
siswi sekolah menengah tentang apa itu bidan, bagaimana jenjang karier bidan,
dan jenjang pendidikan lanjutan untuk bidan, sehingga akan lebih mudah untuk
merekrut tenaga bidan yang memang sudah dari awal mempunyai gambaran menjalani
peran sebagai bidan.
Mari kita jadikan
peringatan hari bidan internasional ini sebagai pengingat kepada kita para
bidan, bahwa tugas utama kita sangatlah istimewa, yaitu meningkatkan
kesejahteraan ibu dan bayi, dengan cara meningkatkan kemitraan terhadap
keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar