Saya jadi terfikirkan untuk coba
menguraikan tentang tata krama pada anak dalam bentuk tulisan ini, karena saya terkaget
mendengar respon orang tua yang ketika anaknya diingatkan untuk lebih sopan dan
tenang, malah berkata – kata “Anakku tidak bisa dibegitukan, dia biasa semau-maunya,
dia akan semakin marah jika dilarang”,
Hello mom,,, tahukah dirimu
tentang tata krama itu berasal dari mana??
Anak kita itu tidak dilahirkan
langsung jadi anak yang patuh, taat, dan tau aturan yaa… Dari mana semua itu yaa
dari kita, orang tua yang pertama kali mendidik anak – anak kita.. Jadi tidak
ada kata-kata yang seperti emak sampaikan tadi yaa..
Anak merupakan peniru yang ulung.
Kita sebagai orang tua sudah sering membuktikan kan pastinya yaa? Kalo belum,
coba deh kita satu kali saja berbicara bahasa yang tidak pantas (keceplosan
misalnya), anak pasti akan langsung mengingat dan sering menirukan jika kita
tidak menjelaskan maksudnya. Anak membutuhkan role model. Yaa, role model
terdekat anak – anak adalah orang tua. Kita sebagai orang tua sejak kecil juga
sudah diajarkan tata karma oleh orang tua. Apalagi saya sendiri sebagai anak
jawa, juga diajarkan bagaimana itu unggah ungguh (tata krama dalam bahasa jawa
sering disebut uanggah – ungguh ). Meski dulu kita sewaktu kecil juga tidak
tahu, bagaimana berprilaku dan berkmunikasi dengan santun, tetap berkat ajaran
orang tua menjadi tau tentang itu semua, sehingga kita bisa survie dikehidupan
sosial. Nah.. Ketika sudah menjadi orang tua, siap atau tidak siap kita
dituntut untuk menjadi pribadi yang santun agar dapat menjadi contoh anak –
anak kita.
Orang tua membutuhkan ketlatenan
dan kesabaran dalam mendidik anak. Karena semua itu tidak semudah mencoret –
coret kertas kosong . Sseperti halnya kita belajar menulis yang tidak mudah
jika kita tidak tlaten atau rajin dalam melatih kemampuan kita untuk menulis. Nah.. anak pun begitu.. Anak akan terbiasa
jika hal tersebut dilihatnya, didengarnya, dan dilakukannya berulang – ulang. Seperti
halnya terkadang anak suka berdiri atau naik diatas kursi, jangan pernah lelah
untuk mengingatkan bahwa kursi merupakan tempat untuk duduk, bukan untuk
berdiri. Sekali anak menurut, semisal lain kali anak mengulanginya, cobalah
ingatkan kembali tentang fungsi kursi itu lagi. Capek sih yaa, bahkan terkadang
jengkel juga atau bahkan sering muncul kata “sudah dikasih tau berkali – kali kok
bla.. bla.. bla… “(Pengalaman pribadi saya juga sih.. ) Tapi begitulah anak –
anak. Mereka masih mengulang hal – hal yang menyenangkan buat mereka, meski
belum bisa memikirkan apakah itu tepat atau tidak. Tapi.. jangan pernah
menyerah dan lelah jika kita bermimpi memiliki anak – anak yang santun yaa..
Orang tua juga butuh jurus “tega”.
Kalo menurut saya lebih cocok dibilang tega, karena kita seharusnya tidak
membiarkan anak semau – maunya tanpa arahan yang baik dari orang tua meski bagi
anak – anak itu tidak menyenangkan. Misalnya saja ketika anak rewel minta minum
dot, sebelum anak mau mengatakan “ibuk, minta tolong buatkan susu”, saya tidak
akan beranjak untuk membuatkan. Atau ketika minta dibukakan bungkus permen,
ajari anak untuk mengatakan “ibuk, minta tolong bukakan permen ini”, sebelum
keluar kata – kata itu, jangan dilayani. Karena terkadang anak juga merasa
gengsi untuk menyampaikan kata – kata “tolong”, “terima kasih”, ataupun
“permisi”. Jadi jangan biarkan gengsi merajai anak kita tapi mereka tetap
mendapatkan apa yang mereka mau. Biasanya ke-gengsian itu muncul karena anak
jarang mendapatkan kata – kata itu dari rang tua, sehingga mereka tidak
terbiasa.
Jurus yang lain yaitu bisa dengan
memanfaatkan kesenangan anak. Anak paling suka dengan bermain dan mendengarkan cerita.
Selain dengan diajarkan contoh secara langsung, orang tua bisa dengan
memberikan game – game atau memberikan buku – buku bacaan yang bertemakan tata
krama. Ingat yaa, bahwa buku itu tidak hanya konsumsi anak – anak yang sudah
bisa membaca. Orang tua bisa berperan aktif menjadikan anak memahami isi buku
dengan membacakannya. Menurut pengalaman
saya, hal ini juga jurus yang sangat jitu, karena jika anak – anak melakukan
hal – hal yang tidak santun, kita tinggal mengingatkan terhadap tokoh – tokoh yang
ada di cerita yang pernah saya bacakan, dengan sendirinya anak akan cengar –
cengir dan mengingat bahwa hal yang baru saja dilakukanya itu tidak baik.
Yuk mom,,, belum terlambat kok
dalam hal mengajarkan sesuatu kepada anak.. jangan sampai kita gagal mendidik
anak karena kita tidak mau berepot – repot ria terhadap segala tetek mbengeknya…
(bahasa apa ini y? hehe)
#self reminder
#marimenulis
#pecintaliterasi
Setujuuuu sekali dengan tulisan dan paparannya, sungguh saya sebagai guru menjadi merasa "duwe bolo" alias punya teman, maksudnya adalah, sebagai guru yang diajarkan tidak hanya mata pelajaran saja, tapi juga character building, tata krama, sopan santun, komunikasi yang santun, sering ada siswa yang saya tegur karena dia bicara sangat tidak sopan kepada teman atau guru, atau siapa pun, paling tidak bisa mentolerir bila dengar siswa tidak sopan, dan hendaknya orang tua sebagai wali murid hendaknya ijut membangun hal itu di rumah.
BalasHapusTulisan ini semoga bisa dibaca oleh seluruh orang tua, seperti juga saya...
Terima kasih tuk penulis..
Trimakasiih tanggapannya mb.. 😊 iya,saat ini banyak sekali orang tua yg membanggakan anaknya pintar berbahasa asing,pintar dalam mata pelajaran, tp tdk berharap banyak anak-anaknya punya tata krama yang baik.. akhirnya anak-anak jadi kurang bisa bersosialisasi dengan baik..
BalasHapusSemoga bermanfaat untuk semua.. 😊