Kamis, 19 Oktober 2017

Tata Krama Diajarkan, Bukan Bawaan !



Saya jadi terfikirkan untuk coba menguraikan tentang tata krama pada anak dalam bentuk tulisan ini, karena saya terkaget mendengar respon orang tua yang ketika anaknya diingatkan untuk lebih sopan dan tenang, malah berkata – kata “Anakku tidak bisa dibegitukan, dia biasa semau-maunya, dia akan semakin marah jika dilarang”,

Hello mom,,, tahukah dirimu tentang tata krama itu berasal dari mana??
Anak kita itu tidak dilahirkan langsung jadi anak yang patuh, taat, dan tau aturan yaa… Dari mana semua itu yaa dari kita, orang tua yang pertama kali mendidik anak – anak kita.. Jadi tidak ada kata-kata yang seperti emak sampaikan tadi yaa..

Anak merupakan peniru yang ulung. Kita sebagai orang tua sudah sering membuktikan kan pastinya yaa? Kalo belum, coba deh kita satu kali saja berbicara bahasa yang tidak pantas (keceplosan misalnya), anak pasti akan langsung mengingat dan sering menirukan jika kita tidak menjelaskan maksudnya. Anak membutuhkan role model. Yaa, role model terdekat anak – anak adalah orang tua. Kita sebagai orang tua sejak kecil juga sudah diajarkan tata karma oleh orang tua. Apalagi saya sendiri sebagai anak jawa, juga diajarkan bagaimana itu unggah ungguh (tata krama dalam bahasa jawa sering disebut uanggah – ungguh ). Meski dulu kita sewaktu kecil juga tidak tahu, bagaimana berprilaku dan berkmunikasi dengan santun, tetap berkat ajaran orang tua menjadi tau tentang itu semua, sehingga kita bisa survie dikehidupan sosial. Nah.. Ketika sudah menjadi orang tua, siap atau tidak siap kita dituntut untuk menjadi pribadi yang santun agar dapat menjadi contoh anak – anak kita.

Orang tua membutuhkan ketlatenan dan kesabaran dalam mendidik anak. Karena semua itu tidak semudah mencoret – coret kertas kosong . Sseperti halnya kita belajar menulis yang tidak mudah jika kita tidak tlaten atau rajin dalam melatih kemampuan kita untuk menulis.  Nah.. anak pun begitu.. Anak akan terbiasa jika hal tersebut dilihatnya, didengarnya, dan dilakukannya berulang – ulang. Seperti halnya terkadang anak suka berdiri atau naik diatas kursi, jangan pernah lelah untuk mengingatkan bahwa kursi merupakan tempat untuk duduk, bukan untuk berdiri. Sekali anak menurut, semisal lain kali anak mengulanginya, cobalah ingatkan kembali tentang fungsi kursi itu lagi. Capek sih yaa, bahkan terkadang jengkel juga atau bahkan sering muncul kata “sudah dikasih tau berkali – kali kok bla.. bla.. bla… “(Pengalaman pribadi saya juga sih.. ) Tapi begitulah anak – anak. Mereka masih mengulang hal – hal yang menyenangkan buat mereka, meski belum bisa memikirkan apakah itu tepat atau tidak. Tapi.. jangan pernah menyerah dan lelah jika kita bermimpi memiliki anak – anak yang santun yaa..

Orang tua juga butuh jurus “tega”. Kalo menurut saya lebih cocok dibilang tega, karena kita seharusnya tidak membiarkan anak semau – maunya tanpa arahan yang baik dari orang tua meski bagi anak – anak itu tidak menyenangkan. Misalnya saja ketika anak rewel minta minum dot, sebelum anak mau mengatakan “ibuk, minta tolong buatkan susu”, saya tidak akan beranjak untuk membuatkan. Atau ketika minta dibukakan bungkus permen, ajari anak untuk mengatakan “ibuk, minta tolong bukakan permen ini”, sebelum keluar kata – kata itu, jangan dilayani. Karena terkadang anak juga merasa gengsi untuk menyampaikan kata – kata “tolong”, “terima kasih”, ataupun “permisi”. Jadi jangan biarkan gengsi merajai anak kita tapi mereka tetap mendapatkan apa yang mereka mau. Biasanya ke-gengsian itu muncul karena anak jarang mendapatkan kata – kata itu dari rang tua, sehingga mereka tidak terbiasa.  

Jurus yang lain yaitu bisa dengan memanfaatkan kesenangan anak. Anak paling suka dengan bermain dan mendengarkan cerita. Selain dengan diajarkan contoh secara langsung, orang tua bisa dengan memberikan game – game atau memberikan buku – buku bacaan yang bertemakan tata krama. Ingat yaa, bahwa buku itu tidak hanya konsumsi anak – anak yang sudah bisa membaca. Orang tua bisa berperan aktif menjadikan anak memahami isi buku dengan membacakannya.  Menurut pengalaman saya, hal ini juga jurus yang sangat jitu, karena jika anak – anak melakukan hal – hal yang tidak santun, kita tinggal mengingatkan terhadap tokoh – tokoh yang ada di cerita yang pernah saya bacakan, dengan sendirinya anak akan cengar – cengir dan mengingat bahwa hal yang baru saja dilakukanya itu tidak baik.

Yuk mom,,, belum terlambat kok dalam hal mengajarkan sesuatu kepada anak.. jangan sampai kita gagal mendidik anak karena kita tidak mau berepot – repot ria terhadap segala tetek mbengeknya… (bahasa apa ini y? hehe)

#self reminder
#marimenulis
#pecintaliterasi

2 komentar:

  1. Sepsusiyanti Prasetyo19 Oktober 2017 pukul 16.05

    Setujuuuu sekali dengan tulisan dan paparannya, sungguh saya sebagai guru menjadi merasa "duwe bolo" alias punya teman, maksudnya adalah, sebagai guru yang diajarkan tidak hanya mata pelajaran saja, tapi juga character building, tata krama, sopan santun, komunikasi yang santun, sering ada siswa yang saya tegur karena dia bicara sangat tidak sopan kepada teman atau guru, atau siapa pun, paling tidak bisa mentolerir bila dengar siswa tidak sopan, dan hendaknya orang tua sebagai wali murid hendaknya ijut membangun hal itu di rumah.
    Tulisan ini semoga bisa dibaca oleh seluruh orang tua, seperti juga saya...

    Terima kasih tuk penulis..

    BalasHapus
  2. Trimakasiih tanggapannya mb.. 😊 iya,saat ini banyak sekali orang tua yg membanggakan anaknya pintar berbahasa asing,pintar dalam mata pelajaran, tp tdk berharap banyak anak-anaknya punya tata krama yang baik.. akhirnya anak-anak jadi kurang bisa bersosialisasi dengan baik..
    Semoga bermanfaat untuk semua.. 😊

    BalasHapus