Jumat, 12 Juli 2019

Perjuangan Mutasi Kementrian Kesehatan , berjuang mendapatkan "Surat Sakti" yang Mengumpulkan Kami Kembali

Bismillah...
*Ini adalah perjalanan proses mutasi saya, yang saya uraikan secara singkat dan mungkin dengan nama-nama instansi yang tidak saya perjelas..

Saya adalah seorang pegawai negeri di salah satu instansi pendidikan di bawah naungan Kementerian Kesehatan.
Alhamdulillah saya diterima menjadi pegawai di daerah Indonesia agak Timur. Karena waktu itu saya mengiukuti suami yang sedang dinas disana.. saya waktu itu nekat mendaftar karena statusnya adalah pegawai pusat, yang kemungkinan akan lebih mudah misal mau mengajukan mutasi..

Suami sy juga pegawai negeri dibawah naungan Kementrian yang lain, dimana di instansi suami saya, mutasi itu merupakan hal yang rutin. daaaan.... sampailah di saat itu, dimana saya harus ditinggalkan sendiri di tanah rantau..karena suami mendapatkan SK mutasi.. dan mau tak mau saya pun untuk sementara tertinggal di Kota rantau ini..

Memang semua usaha itu tidak akan ada yang sia - sia, dari yang dibilang mustahil pun jika Allah sudah berkehendak, jadilah.

Saya diangkat di penerimaan CPNS tahun 2013, dan mulai masuk kerja di bulan Febuari tahun 2014.

Dari awal sebenarnya ada rasa takut unutuk menjalani dunia kerja ini, karena saya tau, saya mendaftar di instansi di Tanah Rantau, meski statusnya adalah pegawai Pusat, tapi tetap saja saya terikat kontrak untuk tidak mengajukan pindah minimal 5 tahun.. dan dilain pihak di instansi suami sy dituntut untuk siap mutasi kapan pun.. lalu bagaimana dengan nasib sy kelak? apalagi dari awal ditempatkan, suami sy sudah berusaha mencari jalan untuk bisa mutasi ke Ibu Kota..

Akhirnya dengan selalu ada kekhawatiran dalam hati, kami jalani itu semua.. Alhamdulillah semuanya lancar...

hingga akhirnya apa yg saya takutkan terjadi., pada november 2016 (masa kerja saya baru 2 tahun 9 bulan dari masa cpns) suami saya mutasi ke Ibu Kota.. mau tak mau saya harus tertinggal karena saya tak mungkin bisa langsung mengikuti suami tanpa melalui proses mutasi..

akhirnya saya pun melangkah mulai mengurus proses mutasi pada bulan Desember 2016 (yang waktu itu menunggu masa setelah Hari Raya Natal). Memang seperti yang kita bayangkan bahwa tidak akan semudah itu saya bisa mutasi..

Dimulai dari bulan Desember 2016, saya menghadap Direktur.. Respon beliau baik, positif, tapi juga memikirkan banyak hal.. Jadi awalnya saya ditawari untuk tugas belajar saja di Ibu Kota, agar bisa bersama selama saya menjalani tugas belajar.. (tapi ini  bukan solusi yang baik menurut kita, karena sy tau, masa jabatan Direktur saya akan segera habis, lalu bagaimana nasib saya sepulang saya sekolah.. padahal nanti akan ada kontrak untuk tugas belajar untuk mengabdi di instansi asal 2n+1, jadi kita tidak mau ambil pusing dengan solusi ini). Kemudian Direktur hanya memberikan wejangan untuk tetap bersabar, semua akan di proses meski belum bisa menentukan kapan waktunya...
akhirnya kita pulang dengan hasil yang masih mengambang..

Desember 2016, suami saya mencoba mencari LOLOS BUTUH untuk saya di Instansi yang sama dengan instansi sy sebelumnya, namun di Tolak.. akhirnya suami kembali mencari LOLOS BUTUH di Pusat, dan alhamdulillah saya akan diterima, meski dengan TUPOKSI dan jabatan yang jauh berbeda, kita pikir tak masalah..yang pinting saya bisa segera pindah...

Bulan Januari 2017, saya menghadap atasan langsung.. Respon beliau sangaaat buruk.. tapi saya tetap merasa tenang, karena keputusan atasan langsung saya ini tidak ada pengaruhnya untuk proses mutasi saya...

Saya sempat dipanggil bagian kepegawaian dan dikatakan telah melangkahi mereka karena proses minta lolos butuh tanpa sepengetahuan mereka.. (sebenarnya ini tidak akan masalah, karena menurut info yang kami terima memang kita harus mencari tempat yang dituju dulu, kemudian LOLOS BUTUH itu diubawa keinstansi yg mau ditinggalkan, dan instansi yang ditinggalkan mengeluarkan surat LOLOS LEPAS, yang kedua surat lolos butuh dan lepas itu dikirim ke pusat... tapiiii agak kurang beruntungnya saya yaitu saya mendapatkan LOLOS BUTUH di kantor pusat (B**SDM*)..) jadi disanalah proses mutasi diurus, jadi saya seperti minta pindah langsung kesana tanpa melalui ijin kepegawaian, meskipun saya sudah ijin kepada direktur. dan saya diancam, bahwa saya bisa pindah setelah kontrak saya 5 tahun habis, atau sama saja dengan minimal 2 tahun lagi.. Tapi saya tetap tutup telinga aja, istilah orang jawa yaitu "Ndableg".. yang penting saya bisa pindah..

Sejak saat itu, setiap saat saya bertemu direktur, saya selalu menanyakan tentang bagaimana mutasi saya, kapan saya diijinkan untuk pindah, kapan..dan kapan... dan hal itu terus - terus saja saya tanyakan.. pendekatan yang lain juga saya lakukan, sering sekali saya kirim kue ke rumah Direktur meskipun sering Direktur sedang tidak ada dirumah.. Dilain pihak, suami saya juga tetap mencari - cari cara agar saya bisa segera pindah..

Juli 2017, saya hamil... dan alhamdulillah mungkin itu juga rejeki yang diberikan Allah untuk saya bisa segera pindah.. Setiap bertemu direktur, saya selalu menyampaikan, bahwa kondisi saya sedang hamil, semoga bisa melahirkan ketika sudah di tempat yang baru... ( tidak bisa membayangkan kalo setelah melahirkan dan waktu cuti habis saya harus membawa bayi saya terbang ke tanah Rantau ini)

Lupa bulan apa di tahun 2017, karena saya merasa berat, saya menghadap direktur, dan menyatakan untuk resign... tapi Direktur menyampaikan keberatan dengan pernyataan saya... dan lagi - lagi menyampaikan untuk bersabar... Beliau akan segera meng ACC permohonan saya, hanya masalah waktu saja... karena ada beberapa orang yang mengajukan mutasi, jadi Beliau akan memproses secara bertahap..

OK, dengan tetap berjuang mencari jalan..... saya menjalani kehidupan saya disini bersama satu anak laki - laki saya...

Oktober 2017, permohonan saya di ACC...

November 2017, permohonan mutasi saya di kirim ke pusat...

Akhir Desember 2017, kita cek ke Pusat, ternyata proses saya sedikit berhenti karena menurut bagian kepegawaian, baiknya saya pindah ketempat dengan instansi yang sejenis agar TUPOKSI saya tetap bisa berlanjut... akhirnya suami kembali mendatangai instansiu yang awalnya menolak usulan saya, dan Alhamdulillah karena disana banyak yang akan memasuki masa pensiun permohonan saya DITERIMA...

Akhir Januari 2018 Surat masuk ke Biro Kepegawaian.. dan kebetulan peejabat yang berwenang sedang DL, jadi menunggu beberapa saat untuk SK berhasil di TTD...

Per 1 Februari 2018, SK Mutasi keluar..

Dan alhamduilillah semua terjadi atas kehendak Allah,  saya bisa mutasi sebulan sebelum saya melahirkan... Trimakasih kepada suami yang benar - benar berjuang untuk memindahkan saya.. selalu tutup mata siapa saja akan dia temui asal bisa membantu lancarnya proses mutasi saya..

setelah berhasil pindah, hikmah dari yang kami terima yaitu manfaat Silaturahim.. jangan pernah malas bersilaturahim, karena siapapun orangnya, suatu saat kita akan membutuhkan pertolongannya..
Jangan malas memulai berkomunikasi.. Selama proses menunggu saya dilepas, kami seriiing sekali kontak atasan saya, baik melalui WA maupun mendatangi rumahnya langsung. Jangan pernah malu atau takut untuk menanyakan kabar perjalanan proses mutasi kita, karena itu akan sangat membantu jika ternyata proses berhenti ataupun ada berkas yang ternyata kurang..

Untuk yang masih berjuang dalam proses mutasi, semoga semuanya dimudahkan.. amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar